Entri Populer

Jumat, 16 September 2011

nyoba nulis cerpen...part 1

cerpen ini merupakan bonus cerita dari novel saya...
novel saya ny apa kabar...? hahaha
gitu deh...
ga jelas nasip nya, di ikutin lomba ga menang, di masukin penerbit kayany ga dilirik juga...huks;'(
doakan ya novel saya itu agar jelas nasipnya...;)


Salesman yang teraniaya
 oleh : Esya Anesty

Alkisah di sebuah negeri bernama Salesmania, berkumpullah berbagai jenis sales dari semua tingkatan. Mulai dari sales kosmetik, sales alat elektronik, sales perabot rumah tangga sampe sales obat kuat. Suatu hari, para sales itu mengadakan rapat paripurna yang membahas persoalan seputar target penjualan mereka.
“Angka penjualan kita di negeri-negeri tetangga berangsur meningkat, akan tetapi ada satu negeri dimana penjualan kita tetap stagnan, kabarnya ada satu keluarga di negeri itu yang anti-sales dan selalu menyiksa tiap sales yang datang ke rumah mereka.” Komandan Sales membuka pembicaraan.
“Hiiiy...” semua sales yang ada disana bergidik ngeri.
“Apa mereka itu keluarga hantu?” tanya Salesman Kosmetik.
“Bukan mereka manusia biasa seperti kita, namun kelakuan mereka itu amit-amit kayak dedemit.”
“Jadi sekarang apa yang akan kita lakukan?” kali ini giliran Salesman Obat Kuat yang bicara.
“Kita akan melakukan sebuah sayembara, barang siapa yang berani mendatangi rumah keluarga itu dan membuat mereka membeli barang yang yang kita jual, maka ia akan menjadi ketua Federasi Sales Negeri Salesmania, bagaimana ada yang berminat?” Komandan Sales menawarkan.
Seisi ruangan diam membisu, konon kekejaman keluarga anti-sales itu sudah tersohor ke seluruh pelosok negeri.
“Tidak ada yang berminat?” Tanya si Komandan.
Kriiik...kriiik...
“Baiklah, saya tanya sekali lagi, apa disini tidak ada seorang pun yang mau mengikuti sayembara ini?” Komandan sudah mulai tidak sabar.
“Saya mau!” Akhirnya salah seorang diantara mereka mengangkat tangan.
“Hah, kamu kan si Salesman Panci yang belum pernah memenuhi target penjualan.”
“Memangnya kamu bisa menaklukan keluarga itu, kami-kami saja yang sudah senior tidak bisa melakukannya.” Semua hadirin memandang ragu, tapi si Salesman Panci tetap pede.
“Saya akan berusaha, saya ingin sekali membuat suatu perubahan, selama ini saya tidak pernah sekali pun memenuhi target penjualan, jadi kali ini saya akan berusaha sekuat tenaga.” Ujar si Salesman Panci menggebu-gebu.
“Oke, baiklah, besok kamu sudah boleh berangkat ke negeri tempat keluarga anti-sales itu berada, akomodasi ditanggung negara.” Komandan Sales menepuk bahu Salesman Panci. Salesman Panci mengangguk semangat.
Keesokan harinya dengan berbekal barang dagangan yang akan ia promosikan dan juga celana Boxer SpongeBob simbol keberuntungan warisan nenek moyang, maka berangkatlah si Salesman Panci itu ke negeri tempat keluarga anti-sales tinggal, negeri yang bernama Exbatavia.

Hari Minggu pagi adalah hari santai keluarga, gue dan keluarga bersama-sama nonton gosip di ruang TV. Kita sedang ramai membahas kabar burung tentang rujuknya pasangan Dewi Persik dan Syaiful Jamil saat bel pintu berbunyi..
Ningnong!
“Spadaaa...anybody hooome?” Teriak si pemencet bel.
“Siapa tuh Tok?” Tanya Mami gue.
“Meneketehe.” Sahut gue sekenanye.
“Coba liat.” Ujar Mami, gue pun menuruti kata-kata beliau, pergi melihat siapa yang datang.
“Siapa Tok?” Mami gue bertanya lagi.
“Salesman panci, Mi.”
“Aha, mangsa baruuu, suruh masuk Tok!” Mami memberi ultimatum, lalu mengumpulkan anggota keluarga lainnya, Papi gue dan Bunga, adik gue.
“Ayoooo...”
Gue Betok dan tadi itu keluarga gue. Mami, Papi dan Bunga. Keluarga gue memang keluarga yang anti-salesman, bukan hanya hobi mengerjai salesman, perilaku kami pun tidak berprikesalesan.
Dan akhirnya keluarga gue berkumpul di ruang tamu buat menyambut kedatengan si salesman panci. Gue membuka pintu, lalu...
“Selamat datang di rumah kami!” seru kita sekeluarga dengan keramahan yang jelas dibuat-buat banget, gak kayak salesman lain yang langsung mencium tanda-tanda bahaya dari nada suara yang dibuat-buat, salesman ini malah mengeluarkan saputangan dan mulai nagis sesenggukan.
“Lho Mas, kenapa?” tanya gue panik, perasaan penyiksaan belum dimulai tapi kenapa si salesman udah nangis bombay gini.
“Sa...saya terharu dengan sambutan penghuni rumah ini yang begitu ramah...hiks...hiks...sroot.”
“Oh, udah...udah jangan nangis, silakan duduk dulu, nanti saya ambilin minum.” Ujar adik gue sok baik.
“Selamat, pagi Pak, Bu, Mas, sebelumnya saya minta maaf telah menggangu waktu santai keluarga di hari Minggu nan cerah ini, kedatangan saya kesini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menawarkan sebuah inovasi terbaru dalam dunia masak memasak yang seperti kita tahu telah banyak berkembang seiring kemajuan zaman.” Si salesman berpromosi menggunakan teks yang sudah dihapalnya sejak dia bayi. “Berikut saya persembahkan Panci serbaguna, untuk mengukus, menggoreng, merebus dan untuk di jadikan kentongan.
“Adapun keunggulan panci ini adalah tidak mudah penyok, tidak bisa dimakan dan tidak bisa dijadikan pupuk kompos, dijamin siapapun yang membelinya tidak akan mengalami kerugian, justru yang tidak membeli akan mengalami kerugian karena panci ini limited edition, ada juga edisi panci yang pantatnya sudah ditandatangani oleh aktor terkenal Tom Cruise.
“Selain itu pemirsa, acara masak-memasak akan jadi lebih menyenangkan karena kalo kita masak sayur dipnci ini, airnya tidak akan tumpah kemana-mana lain halnya kalo kita memasak dengan menggunakan ayakan terigu.
“Dan yang lebih menghebohkan lagi, Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mas-mas, Mbak-mbak, bagi sepuluh pembeli pertama maka akan mendapatkan sendok cantik, ini benar-benar penawaran yang terbatas, kami begitu royal pada pelanggan.”
“Mas silakan minum dulu.” Tiba-tiba adek gue yang datang dari dapur menyela pidato panjang lebar si salesman.
“Terima kasih Mbak, kebetulan saya haus sekali dari tadi ngomong terus, saya minum sekarang ya.”
“Silakan.”
“Sluurrrp...hueeek...hueeek...”
“Lho, kenapa Mas? Minumannya gak enak ya?”
“Ah, gak kok, gak kenapa-napa, minumannya enak kok, enak sekali.”
“Kok dibilang enak sih, padahal kan tadi tehnya gak saya kasih gula, malahan saya tambahin garam dan kecap...hehehe...” Bunga ketawa sadis. Si salesman hanya bisa melongo.
Mami memberi aba-aba untuk menyerang, saatnya kita melancarkan serangan anti-sales, seraaang!
“Mas, kalo Mas adalah sales sejati coba Mas sebutkan bagaimana bunyi sila kelima dalam Pancasila?” tanya Babeh gue yang nasionalis sejati.
“Coba sebutin sepuluh macem kegunaan alternatif panci ini selain buat masak?” tanya Mami gue yang selalu pengen tahu.
“Ini panci manusia millenium bukan, kalo bukan saya gak mau beli ah.” Tanya adek gue yang ngefans banget sama film-film superhero.
“Apakah panci ini ada hubungannya sama album terbaru Paris Hilton?” tanya gue yang seperti biasa...kagak nyambung...
Si Tukang Sales terbengong-bengong, bingung mau jawab pertanyaan siapa dulu, atau jangan-jangan dia sama sekali gak tau jawaban dari pertanyaan manapun.
“Pak, Bu, Mas, Mbak...tuolong jangan siksa saya, saya hanya mencari sesuap nasi huwaaa...” si salesman malah nangis meraung-raung, kita sekeluarga saling pandang-memandang, kebingungan.
“Siapa yang mau nyiksa si Mas, orang kami cuma nanya, pelanggan kan berhak menerima informasi tentang barang yang dijual.” Ujar Mami gue.
 “Tapi kan...ta...tapi...” si salesman masih tersedu-sedu. Kemudian dia menyedot ingus dan berkata, “Baiklah, saya akan menjawab pertanyaan itu sebisa saya, berkat kata-kata Bapak yang berapi-api saya jadi bersemangat.” Si salesman bangkit dan mengepalkan tangan bak pejuang yang mau berangkat ke medan perang, dari matanya terpancar kilau keberanian.
Plok...plok...plok...
Keluarga gue memberikan applause untuk keberanian si salesman.
“Untuk pertanyaan pertama, sebagai sales sejati saya tentunya harus tahu bagaimana bunyi sila kelima dalam Pancasila, bunyinya adalah ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’, artinya semua rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan, tidak terkecuali untuk para salesman di negara Indonesia ataupun di negara lainnya, mereka juga berhak atas keadilan, hidup salesman!” si salesman mejawab dengan penuh semangat juang, kali ini Babeh yang berlinang air mata saking terharunya. Si salesman lulus ujian pertama.
“Sekarang pertanyaan kedua, kegunaan alternatif panci selain untuk masak, seperti yang telah saya jelaskan tadi, panci juga bisa digunakan sebagai kentongan, sebagai alarm anti maling, sebagai helm untuk bertempur, sebagai gayung untuk mandi, sebagai hiasan dinding, sebagai alat musik, sebagai perisai, sebagai penampungan air dari genteng yang bocor, sebagai mangkok darurat, dan juga sebagai alat untuk melempar suami yang kepergok selingkuh.”
“Brillian!” kali ini Mami gue yang terpukau dengan jawaban yang diberikan si salesman, “Terima kasih Dek Salesman, pengetahuan saya tentang panci jadi bertambah dan saya jamin, gak akan ada lagi pria-pria yang selingkuh di muka bumi ini kalo semua ibu-ibu mengetahui kegunaan lain dari panci, huahahaha!” ujar Mami dengan semangat membara, Babeh jadi jeeper dibuatnya. Si salesman lulus ujian kedua.
“Giliran pertanyaan nomor tiga yang harus saya jawab.” Si salesman menghela nafas karena pertanyaan nomor tiga lumayan sulit. “Baiklah, panci ini memang bukan panci manusia millenium, tapi panci ini dibuat dari saripati tubuh panci manusia alumunium, oleh karena itu barang siapa membeli panci ini lalu menjemurnya di atas genteng selama tiga hari tiga malam lalu menggantungnya di langit-langit kamar sebagai hiasan dinding, maka pada malam Jum’at pahing di jam dua belas tengah malam, panci ini akan menjelma menjadi Primus Yustisio.”
“Aaaaa....” adek gue histeris. “Gue mauuuu...gue mauuuu...gue mauuuu Primuuuus!” dengan membabi buta adek gue lari-lari mengelilingi ruang tamu, setelah puas mengelilingi ruang tamu ia keluar rumah buat lari-lari mengelilingi kompleks perumahan. Si salesman lulus ujian ketiga.
“Sekarang waktunya menjawab pertanyaan yang terakhir, pertanyaan yang paling sulit.” Si salesman diam sejenak, mikir. Akhirnya si salesman menjawab.
“Hubungan panci ini dengan albumnya Paris Hilton adalah...”
Dengan gak sabar gue menunggu jawaban dari si salesman, karena selama ini juga gue gak tahu apa hubungan antara panci yang dijual si salesman dengan album barunya Paris Hilton.
“Hubungan panci ini dengan albumnya Paris Hilton...”
Jantung gue mulai dag-dig-dug, keringet dingin mulai bercucuran. Menanti jawaban dari seorang salesman ternyata seperti menanti kelahiran anak pertama.
“Hubungannya adalah...”
“...”
“Dua-duanya sama-sama gak bisa di beli di konter pulsa.”
“...”
Satu detik....Dua detik...Tiga detik
BOOM!

“Ikh jawabannya kagak nyambung.” Protes gue dengan kekecewaan yang amat sangat, kenapa juga jawabannya aneh gitu padahal gue udah deg-degan setengah mati nungguin jawaban si Mas Salesman.
“Justru itu Mas, pertanyaan yang gak nyambung harus dijawab dengan jawaban yang gak nyambung juga, bukan begitu?”
“Eng...iya juga sih.”
“Iya, makanya...gitu aja kok repot.”
Gue. Mati. Gaya.
Ternyata kita gak boleh meremehkan kemampuan seorang salesman. Karena mereka ternyata punya pengetahuan yang tidak disangka-sangka. Kalo sudah lulus SMA nanti gue akan merubah cita-cita gue yang awalnya menjadi Germo Tersohor menjadi seorang Salesman Profesional. Hahaha.
Akhirnya keluarga gue memborong barang dagangan si salesman. Si salesman berhasil memenuhi target penjualan dan menjadi Ketua Federasi Sales Negeri Salesmania. Bukan itu saja dia juga menetapkan Undang-Undang Persalesan, yang diantaranya mengatur tentang kunjungan sales ke rumah-rumah, kunjungan tidak boleh dilakukan pada tanggal tua dimana sebagian orang lagi pada seret duitnya.
Oh iya, si salesman juga meninggalkan kenang-kenangan sebagai tanda terima kasihnya pada gue dan keluarga, kenang-kenangannya itu adalah sebuah celana Boxer SpongeBob yang kabarnya keramat dan merupakan benda peninggalan nenek moyang si Salesman yang sudah diwariskan secara turun temurun.
Gue sangat merasakan khasiat dari Boxer tersebut, diantaranya pantat gue jadi adem saat memakai Boxer tersebut (setelah diselidiki ternyata Boxer tersebut berlubang di bagian pantat, jadi saat memakainya pantat gue jadi adem karena keangin-angin).

Terima kasih Mas Salesman!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar