Entri Populer

Selasa, 19 Maret 2013

L.I.F.E


Kadang dunia dengan segala kemegahannya menyambutku masuk ke dalam gemerlap kilau hidup. Kadang aku salut dengan diriku yang dapat menikmati kemewahan itu, sebelum aku bertanya ‘pantaskahku?’.
Kadang hidup dengan segala kebijaksanaan yang tersimpan di balik duka dan petaka membimbingku menghadapi kenyataan bahwa aku punya satu nyawa untuk ku genggam, ku manfaatkan, ku perjuangkan, ku pertahankan, ku pertaruhkan sebelum kemudian ku serahkan pada pekat kematian, dan ku bertanya ‘sampai kapan?’
Kadang ketika melihat ke depan dan hanya ada kegelapan, semua kilau sebelumnya jadi tak penting. Dan Tuhan berbisik, ‘benarkah hanya kegelapan disana? Apa kau bisa menyentuhnya? Jadi darimana kau tahu? Ku pikir hanya aku yang mahatahu?’
Tuhan benar. Tanpa bisa dipertanyakan.
Belum tentu kegelapan yang ada disana. Dan belum tentu hanya kilau yang ada disini. Belum tentu dunia setelah sekarang adalah dunia tanpa kilauan. Mungkin lebih banyak cahaya disana, mungkin lebih banyak bara, mungkin hangat atau bahkan sangat panas.
Diam dan hanyutkan dirimu bersama lika-liku arus suasana fana. Dengan dunia ditempatmu berdiri saat ini, yang begitu luas bagai tanpa batas. Biarkan kehidupan membelaimu mesra dengan berbagai fenomena. Kebahagiaan, kesedihan, kegalauan, kebingungan, ketakutan, kesalahan, keingintahuan, keraguan, kepastian, kehilangan, kelahiran, kepercayaan, ketulusan, keindahan...reguk semuanya sebelum kau tidak bisa merasakan apa-apa. Ketika kau kebas dan kebal.
Bergeraklah kemana kau suka dengan berbagai cara yang mungkin indah atau yang mungkin membuatmu jengah atau yang membuatmu merasa mudah. Bergerak dan getarkan irama hidupmu, ikuti likunya, jamah alurnya, biarkan berima dalam kesadaran akan kesementaraan.
Nikmati waktumu jangan inginkan ia berhenti jangan putar mundur atau perlama durasi jangan biarkan ia memelukmu jangan biarkan ia mengendalikanmu. Waktumu adalah milikmu dan kau bisa dengan caramu membuatnya berharga.
Semua lebih dari yang kau bayangkan, makna dirimu makna hidup dan rencana Tuhan untukmu. Semua sudah dipersiapkan matang-matang dan kau tinggal mengambil kesempatan, menyesapnya, hirup aromanya, menikmatinya, resapi citarasanya, dan telan, biarkan semua masuk ke dalam dirimu menjadi satu dengan jasadmu.
Kebahagiaan adalah milikmu, selama kau menjadi kamu, dan kau menyukai itu.

*EAM*

Disaster Week Movies


Udah 4 hari berturut-turut nonton film bencana di salah satu stasiun televisi, walaupun semua filmnya ga ada yang sampe tamat ditonton, karena sy keburu tidur. Tapi dari keempat film bencana itu, ada satu hal yang jadi kesimpulannya...bahwa para pemeran utama pasti selamet ;D haha...
Aneh banget deh, mereka bisa selamet sementara ratusan peran pembantu meninggal dunia. Padahal menurut sy peran utamanya sering banget melakukan hal bodoh, misalnya nyelametin orang yang udah ga mungkin ditolong lagi, keluar dari ruangan yang udah penuh api atau penuh aer, teriak-teriak terus tiba-tiba ketemu orang lain yang nolong pas keadaan genting, adaaa aja. Malah di salah satu film, penjahatnya ikut selamet, eh bukannya tobat abis selamet dari bencana malah mau coba bunuh yang nyelametinnya, ya ujung-ujungnya mati juga. Jagoan dilawan.
Haduuuh.....tapi bencana emang bisa terjadi kapan aja, dan kita pada saat itu harus mau melakukan hal-hal yang mungkin bodoh (saking jarangnya kita lakuin), dan jangan berhenti berharap. Dan satu-satunya harapan adalah Tuhan, makanya di film bencana banyak banget kata “GOD” (Tuhan)..
“Oh my God.”
“Save me God.”
“Oh Please God.”
“Help me God.”
“Oh no God.”
“For God’s sake.”
“Holy God.”

Apa harus nonton film bencana dulu biar inget Tuhan? Atau harus ngalamin bencana dulu baru inget Tuhan? Maksudnya di kehidupan sehari-hari, jarang banget kan ada yang ngucapin nama Tuhan sebanyak itu..heu..

Tuhan, apakah kau mengirimkan bencana karena di hari biasa kami tidak mengingatmu sebanyak ketika kami mengalami bencana?
Oh ya, di film bencana juga biasanya hubungan antara manusia jadi makin erat, si A nolongin si B padahal ga kenal, cuma gara-gara kejebak di satu ruangan bareng di saat genting. Ada juga anak ma bapak yang tadinya marahan, eh jadi baikan (poseidon)...suami istri yang mau cerai eh ga jadi (twister)...mertua menantu yang konflik terus jadi damai (dante’s peak)...dua remaja yang tadinya musuh jadi temen (The day after tomorrow)...orang yang tadinya jarang banget ngumpul ma keluarga eh jadi ngumpul, pelukan sampe akhirnya badai api melahap mereka sekeluarga (unknown)...pokonya, tenggang rasa mendadak meningkat, toleransi juga jadi tinggi.
Tuhan, apakah kau mengirimkan bencana karena di hari biasa kami tidak hirau pada saudara kami sesama manusia, tidak seperti saat terjadi bencana?
Mungkin saat bencana, ga semuanya jelek...ga semuanya buruk...ada hikmah yang bisa diambil juga. Ada pil pahit yang bisa membuat kita lebih baik... dan yang jelas tetaplah ingat Tuhan, tetaplah perhatikan sesama, tetaplah punya harapan...karena kalo itu semua ga ada, kita ga akan jadi PERAN utama, kita akan jadi peran pembantu dalam film bencana...so, jangan tunggu bencana untuk melakukan berbagai hal baik, semoga kebaikan jadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya bencana. Wallahu alam bi shawab.


*EAM*

Kamis, 31 Januari 2013

Letter for Adam ....


Dear Adam,
Aku heran kenapa kau memetik buah terlarang itu? Meski karena itu kau harus meninggalkan surga selamanya.
Apakah semua keturunanmu lahir dari kesalahan itu, Dam?
Cintakah penyebabnya?
Jika cintamu pada Hawa menyebabkan sebuah dosa, jadi apa cinta itu salah? Apa cinta memang benar-benar bisa membawa pada apa-apa sifat buruk segumpal tanah?
Adam, kau mengabaikan larangan Tuhan demi ciptaan istimewaNya, yang Dia buat indah khusus untukmu.
Adam, kau mahluk sempurna yang juga membuat kesalahan sempurna yang bisa membuatmu meninggalkan tempat sempurna, apa itu karena cinta yang sempurna?
Apakah bila kau tidak memetiknya, kami manusia juga akan tinggal di surga? Tidak kenal fana dunia dan derita? Atau mungkin kami tidak akan pernah ada?
Jika kami tidak kenal derita apa kami akan rasakan bahagia?
Tapi terima kasih Dam, sudah mengajari kami arti kesalahan sehingga kami punya perbandingan, sehingga kami merasakan indah kebaikan.
Terima kasih Dam, karena telah mengajarkan arti penyesalan dan memulai kembali.
Terima kasih Dam, karena membuat kami lebih manusiawi, dengan nafsu, akal dan juga nurani.
Adam, kakek moyangku, pasti engkau sangat bersyukur pada Tuhan kita. Karena untuk sebuah hukuman dari sebuah kesalahan, dunia ini tidak terlalu buruk. Dunia ini membuat kita lebih dari segumpal tanah, seonggok daging yang melekat pada tulang dan bernafas. Dunia ini membuat kita lebih dari kita seharusnya. Dunia ini membuat kita menjadi mahluk Tuhan yang sebenarnya.
Terima kasih Tuhan, semoga kami bisa menjalani ketidakberdayaan di hadapan-Mu dengan cinta sejati terhadap-Mu ...
Alhamdulillah. Suratku selesai, semoga kau tidak marah ketika membacanya.
*EAM

Minggu, 13 Januari 2013

Try to make a dark dark dark poem ;D

This is a poem.
There it is...
Crazy little monster
Tired of being ignored
Sick of loneliness
Hey crazy little monster
Do you think the world is creepy?
Do you afraid of your own shadow?
Do you scare of your roars?
Crazy little monster
Have you been alive
Alive like the tree beside the shallow pond
With the mud at the bottom
Crazy little monster
Listen it, listen to your deepest sound from the hideous soul
Tear it, tear your broken lame pathetic wings
See it, see your black night sky full of thousand star
Star that makes you feel so small, so cheap, so dark
Your hair as a pillow, stick at the blue grass below
Let your self glow
Dont hesitate to be alone
Alone is good
Even it is in hell or heaven
Crazy little monster
Just...
be proud.



*by E.A.M